MERDEKABICARA.COM | ACEH UTARA –Kerukunan hidup berbagai suku di Aceh termasuk etnik Tiongha, aman dan nyaman terutama di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Kerukanan suku, etnik dan agama membuktikan, masyarakat Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe menginginkan hidup berbaur dalam suasana damai dan berdampingan.
“Kerukunan antar suku, etnik dan agama yang sudah terjalin baik selama ini di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe perlu dipupuk terus untuk memperlihatkan kepada siapa saja yang ingin datang ke Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe dalam keadaan aman,” ucap Hasanuddin SH, pengamat Hukum, Sosial dan Budaya
Lebih lanjut Hasanuddin memaparkan, kendati sudah dalam suasana rukun namun perlu antisipasi setiap gejala yang mengarah konflik. Dijelaskan, misalnya antara suku Aceh dengan suku Paguyuban Melayu, Gayo, Batak dan etnik Tionghoa yang sudah saling membaur. Mareka mengharapkan terutama kepada etnik Tiongha agar berbaur dan bersatu dengan masyarakat lainnya dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.
Tujuannya, kata Hasanuddin untuk menghindari kesan pandang bulu bagi kelompok tertentu. Begitu juga dengan suku lainnya, dapat menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari sebagai bahasa pemersatu ditengah-tengah masyarakat. Misalnya dalam kegiatan perdagangan dan kegiatan social lainnya. Begitu juga kepada masyarakat Aceh sendiri harus menjauhi sikap suku isme. .
“Mari setiap permasalahan yang muncul seperti perselisihan antar warga agar dilakukan perdamaian, konsep pembauran dalam masyarakat merupakan tanggung jawab bersama”, Hasanuddin memberi arahan..
Melakukan dialog dan musyawarah lanjut Hasanuddin adalah konsep demi terjalinnya hubungan komunikasi dan koordinasi, sehingga aspirasi yang muncul dapat ditangkap dan diselesaikan dengan tepat dan cepat.. Selain itu memfasilitasi dan memediasi aspirasi yang muncul dari semua suku dan-etnis di wilayah Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe segera berkoordinasi dengan pemerintah daerah. {}