MERDEKABICARA.COM | ACEH UTARA –Dalam upaya menindaklanjuti program dekarbonisasi yang telah diinisiasi Pemerintah dalam upaya pengurangan emisi karbon, maka Pupuk Indonesia bersama PT Pupuk Iskandar Muda telah memiliki Nota Kesepahaman dengan 2 Perusahaan Jepang yaitu Mitsui & Co serta Toyo Engineering Corp. Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani sebelumnya terkait dengan rencana implementasi Green dan Blue Ammonia di lokasi PIM yang nantinya akan terintegrasi dengan pabrik existing dan memanfaatkan lahan industri yang tersedia.
Sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman yang ada, pada tanggal 13 – 16 September 2022, Tim dari Mitsui & Co dan Toyo Engineering Corp serta didampingi tim dari Pupuk Indonesia melakukan kunjungan ke PT PIM untuk meninjau lokasi pabrik ammonia existing untuk melihat area yang akan dijadikan sebagai pilot project Green Ammonia serta melihat langsung area Iskandar Muda Industrial Area (IMIA) sebagai cikal bakal lokasi pembangunan pabrik Blue Ammonia. Dalam rangkaian kunjungan ini juga dilaksanakan rapat teknis dengan tim terkait dari PIM untuk membahas kelanjutan rencana implementasi proyek tersebut.
Rapat teknis diatas dibuka oleh Direktur Operasi & Produksi PT PIM, Jaka Kirwanto dan turut dihadiri jajaran Senior Vice President dan Vice President terkait dari sisi PIM, sedangkan dari pihak Mitsui & Co dipimpin oleh Kenta Morii selaku Direktur dan General Manager Basic Chemical, dari pihak Toyo Enggineering dipimpin oleh Shigeya Kawada selaku Project Manager Studi Implementasi Green Ammonia dan dari sisi Pupuk Indonesia diwakili Erlangga Rismantojo dan Traino Joko dari Pengembangan Korporat.
Dalam kesempatan tersebut Jaka mengatakan, “Pupuk Indonesia dan PIM telah mempunyai roadmap program dekarbonisasi melalui pemanfaatan sumber energi bersih yang berasal dari energi terbarukan untuk pabrik-pabrik pupuk di masa mendatang. Salah satu rencana PIM ke depan adalah mengembangkan Green Ammonia dan diawali dengan kajian bersama dengan Toyo Engineering Corp dan Pupuk Indonesia. Hal ini menjadi tahap awal untuk energi ramah lingkungan di masa depan.”
Lebih lanjut Jaka menambahkan, PIM juga merencanakan pengembangan Blue Ammonia di lahan IMIA dengan adanya potensi sumber gas baru di dekat lokasi PIM sehingga membuka kesempatan untuk membangun Pabrik Ammonia baru.
Dalam kesempatan yang sama, Morii dari perwakilan Mitsui mengatakan, “Lokasi PIM sangat potensial untuk dikembangkan sebagai area baru untuk pengembangan blue ammonia, dimana CO2 yang nantinya dihasilkan dari pabrik ammonia dapat dicapture dan diinjeksikan kembali ke dalam perut bumi yang mana di sekitar PIM terdapat potensi yang cukup besar untuk utilisasi hal tersebut dalam bentuk Carbon Capture Storage (CCS) ataupun Carbon Capture Utilization Storage (CCUS). Semoga hal ini menjadi momentum yang sangat bagus untuk kerjasama yang saling menguntungkan diantara para pihak yang terlibat.”
Sementara itu Kawada dari Toyo menyatakan, “PIM memiliki pabrik ammonia yang saat ini menggunakan gas alam sebagai bahan baku grey ammonia, namun di masa datang PIM memiliki potensi yang cukup besar untuk memproduksi green ammonia. Hal ini didukung dengan adanya green power yang terdapat di dekat lokasi PIM yang bersumber dari PLN dan menjadi driving force untuk memproduksi gas hidrogen dengan proses elektrolisis dan pada akhirnya akan menghasilkan green ammonia. Saat ini kami dalam tahapan kajian dan kami berharap pada awal tahun 2023 kajian pengembangan green ammonia dapat diselesaikan dan kami berharap dapat dilanjutkan ke tahapan selanjutnya, tutup kawada.”
Saat ini pemanfaatan hidrogen dari proses elektrolisis untuk menghasilkan green ammonia masih dalam tahapan research & development di beberapa negara, dan untuk implementasi dari sisi komersil masih butuh waktu di masa yang akan datang.
Sedangkan penggunaan blue ammonia telah mulai dimanfaatkan sebagai bahan bakar tanpa karbon yang ramah lingkungan dan Jepang menjadi salah satu negara yang sudah menggunakan ammonia sebagai campuran bahan bakar di beberapa pembangkit listrik di negara mereka untuk menurunkan emisi karbon. Hal ini sejalan dengan deklarasi Paris Agreement oleh 196 negara tahun 2015 dalam rangka mengawal reduksi emisi CO2 yang efektif mulai berlaku tahun 2020. Secara komersil, Blue Ammonia telah mulai dipasarkan secara global dan Jepang telah mulai menggunakan Blue Ammonia sebagai bagian dari program NZE (Net Zero Emission) 2050 dimana mereka berencana mengkonversi semua pembangkit listrik dari batubara ke Blue dan Green Ammonia mulai tahun 2030. {}