MERDEKABICARA.COM | Pemimpin suku Yaman menuduh Uni Emirat Arab dan Arab Saudi untuk membiarkan Israel memasuki Pulau Socotra yang terletak di Yaman.
Tuduhan tersebut disampaikan oleh Issa Salem bin Yaqut, kepala suku di Socotra, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa.
Dia memperingatkan semua pihak agar tidak mengganggu kedaulatan Yaman di Socotra dan menyerukan pengusiran Arab Saudi dan UEA.
Bin Yaqut juga menyebut Riyadh dan Abu Dhabi merusak landmark lingkungan langka di Pulau Socotra.
Situs web South Front pada Jumat melaporkan kedatangan delegasi UEA-Israel ke pulau itu, yang terletak di Samudra Hindia.
Menurut South Front, UEA dan Israel bermaksud untuk membangun fasilitas militer dan intelijen di Socotra.
Pada Juni, pasukan yang berafiliasi dengan Dewan Transisi Selatan (STC) mengambil kendali atas Provinsi Socotra.
Pemerintah Yaman menyebut langkah itu sebagai “kudeta melawan legitimasi”.
Pemerintah Yaman menuduh UEA – mitra utama kedua Arab Saudi dalam koalisi – mendukung STC untuk melayani kepentingan mereka sendiri di Yaman. Abu Dhabi telah membantah tuduhan itu.
Yaman telah dilanda kekacauan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar wilayah negara, termasuk ibu kotanya,Sanaa.
Krisis memanas pada 2015 ketika koalisi militer pimpinan Saudi meluncurkan kampanye udara besar-besaran untuk mengalahkan Houthi.
Pangkalan mata-mata Israel-UEA di Socotra
Sejumlah ahli politik dan strategi berpendapat bahwa pembentukan pangkalan pengumpulan intelijen Israel-Emirat di Pulau Socotra, Yaman bertujuan untuk memantau Iran, China dan Pakistan.
JForum, situs resmi komunitas Yahudi berbahasa Prancis di Paris, sebelumnya mengungkapkan bahwa Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel sedang berupaya untuk membangun pangkalan mata-mata di Socotra.
“Pangkalan mata-mata Israel-Emirat ini bertujuan untuk memantau aktivitas Iran di Teluk Aden dan membatasi hubungan Teheran dengan pemberontak Houthi,” kata Ibrahim Fraihat, profesor resolusi konflik internasional di Institut Studi Pascasarjana Doha, kepada Anadolu Agency.
Socotra menghadap ke Selat Bab al-Mandab yang strategis dan merupakan jalur pelayaran utama yang menghubungkan Laut Merah ke Teluk Aden dan Laut Arab.
UEA telah mengerahkan ratusan pasukan di pulau strategis itu sejak Mei 2018, menyebabkan keretakan dengan pemerintah Yaman yang menolak penempatan tersebut.
“Pembentukan pangkalan ini merupakan indikator tambahan bahwa kesepakatan Emirat-Israel dimaksudkan untuk membentuk aliansi yang kokoh antara kedua negara, tidak hanya menormalkan hubungan,” kata Fraihat.
Pada 13 Agustus, UEA dan Israel mengumumkan perjanjian yang ditengahi AS untuk menormalkan hubungan mereka, termasuk membuka kedutaan di wilayah masing-masing.
Otoritas Palestina dan faksi-faksi perlawanan mengecam kesepakatan UEA-Israel, dengan mengatakan bahwa normalisasi itu tidak melayani kepentingan Palestina dan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.
Fraihat percaya bahwa pangkalan mata-mata Israel-Emirat juga akan membantu menjaga aktivitas ekonomi China di bawah pengawasan.
“Pangkalan ini dapat memberikan layanan keamanan penting kepada AS terkait aktivitas ekonomi China, terutama perdagangannya dengan Eropa,” ujar dia, mengutip hubungan tegang Presiden AS Donald Trump dengan Beijing.
“Trump terlibat dalam perang dagang dengan China dan perlu memantau aktivitas komersial China,” terangnya.
Sumber: aa