MERDEKABICARA.COM – Setiap daerah di Indonesia, memiliki kearifan lokal masing masing, termasuk di Aceh.
Berbagai wabah penyakit, seperti wabah kolera dan wabah yang lain, warga Aceh menyebutkan sebagai “ta’ut ijabrok” . Kata “ta’ut ijabrok” berarti wabah yang menyerang siapa saja, tanpa memilah jenis kelamin, usia, kaya miskin atauu status sosial.
Wabah “ta’ut Ija brok “ dapat menyerang siapa saja, tanpa mampu dicegah dan tidak ada obat yang bisa melawan . Ta’ut ija brok adalah ancaman, layaknya loceng kematian untuk warga suatu wilayah.
Karena sifatnya tersebut, maka warga Aceh biasanya akan melakukan gotong membersihkan kampung dan lebih banyak berdiam di rumah masing masing. Warga pun akan membatasi diri berhubungan dengan keluarga dan tempat warga yang telah menjadi korban ta’ut ijabrok. Bahkan anak anak dilarang untuk datang melihat korban atau melayat ke rumah duka korban ta’ut ijabrok.
Hal lain yang dilakukan untuk mengatasi ta’ut ijabrok adalah kegiatan Letjen. Letjen merupakan semacam “ritual”, yaitu kaum pria berkeliling kampung selama empat hingga delapan malam secara berturut turut. Jumlah malam tergantung kepada tingkat ancaman wabah penyakit. Jika ancaman ringan, maka dilakukan selama tiga malam, namun jika ancaman besar, maka ritual letjen akan dilakukan selama tujuh malam.
Ritual ini dilakukan pada malam hari, dimulai setelah habis magrib dan berakhir pada waktu shalat isya. Warga berkeliling desa ke empat arah penjuru atau delapan arah penjuru mata angin. Dalam berkeling tersebut, warga mengucapkan secara serentak kalimat tauhid, yaitu “laailah haa illallah, muhammadun rasulullah “.
Nonton selengkapnya ritual usir wabah
Ritual ini melibatkan para pria dewasa dan anak anak.
Pada setiap persimpangan jalan atau lorong jalan kampung, seorang muazin yang telah ditentukan akan melakukan Azan. {}