MERDEKABICARA.COM | LHOSEUMAWE – Sekolah Pemimpin Muda Aceh (SPMA) mengelar seminar nasional kewirausahaan dengan tajuk “Grand Opportunity Preview”. Senator asal Aceh H. Fachrul Razi, S.I.P, M.I.P, turut mengisi Seminar Nasional tersebut yang diadakan di aula Fakultas Ekonomi Bisnis (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Sabtu (29/2).
Seratusan mahasiswa dari berbagai jurusan Kampus IAIN Lhokseumawe turut hadir juga pihak panitia seminar turut menghadirkan empat orang narasumber lainnya seperti AKBP Fachrorrazi yang merupakan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Lhokseumawe, Miftahul Rahman, dan Firdausi Maulida Nasyaa, S.Pd.
Penggagas SPMA Fachrul Razi mengatakan, organisasi perkumpulan para aktivis kampus dan pelajar ini sudah memiliki enam ribu alumni. Di usia yang menginjak 4 tahun, SPMA kata Fachrul semakin maju dengan bertranformasi ke fase enterpreunership.
“Di SPMA itu ada 7 tingkatan yang bisa diikuti kader. Saat ini SPMA sudah memasuki di fase yang ke tiga yakni kewirausahaan. Fase pertama itu leadership, fase ke dua politic dan social awearness dan fase ke tiga enterpreunership” kata senator asal Aceh ini.
Peningkatan kurikulum pada setiap fase, merupakan hasil evaluasi kebutuhan pada tahap sebelumnya. Pembentukan pemimpin muda kata senator Aceh ini tidak hanya soal leadership, juga didukung dengan kemampuan politik dan kepedulian sosial. Setelah di dua fase tersebut digembleng kemampuan kader, fase berikutnya masuk ke tahap penguatan finansial kader.
SPMA mulai menawarkan beberapa produk untuk dikomersilkan kepada jejaring. SPMA menawarkan produk seperti jasa pendidikan informal, makanan dan minuman (kuliner), jasa pembayaran tagihan/e-money, fashionship hingga traveller.
Kader SPMA dapat memanfaatkan teknologi digital saat ini yang sudah memasuki era 4.0 dalam menawarkan produk. Kader akan mendapat persenan dari setiap produk yang berhasil dikomersilkan.
Tujuan pada fase ke tiga, SPMA ingin menciptakan pemimpin muda memiliki jiwa kewirausahaan dan modal yang kuat.
”Nah kelemahan selama ini banyak aktivis tidak memiliki kemampuan ekonomi yang profesional. Makanya kami mencoba menawarkan hal yang baru, supaya mereka memiliki income, dengan bergabung di organisasi ini sehingga indewpendensi tinggi,” demikian Fachrul Razi yang juga dijuluki senator garis keras. {}