• Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Google News
Merdeka Bicara
Telegram
  • Beranda
  • Sosmas
  • Nasional
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Dunia
  • Ekonomi
  • Tekno
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Islam
    • Sport
    • Pariwisata
    • Lingkungan
  • Beranda
  • Sosmas
  • Nasional
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Dunia
  • Ekonomi
  • Tekno
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Islam
    • Sport
    • Pariwisata
    • Lingkungan
No Result
View All Result
Merdeka Bicara
No Result
View All Result
  • Home
  • Sosmas
  • Nasional
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Pendidikan
  • Lingkungan
  • Peristiwa
  • Dunia
  • Ekonomi
  • Islam
Home Nasional

Presiden Jokowi: Jalan Keluar Atasi Defisit Transaksi Berjalan Adalah Hilirisasi

21 November 2019
Reading Time: 2 mins read
A A

MERDEKABICARA.COM | JAKARTA – Permasalahan Current Account Deficit (Defisit Transaksi Berjalan) dan Defisit Neraca Perdagangan dapat diatasi melalui peningkatan hilirisasi pertambangan. Hal ini ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan pada acara Indonesia Mining Award 2019 di Hotel Ritz Charlton Jakarta, Rabu (20/11).

Presiden Jokowi bahkan meyakini masalah tersebut akan terselesaikan dalam kurun waktu tiga tahun bila eksekusi kebijakan hilirisasi berjalan optimal. “Saya hitung-hitung, kalau semua menuju hilirisasi dan industrialisasi, dibuat barang jadi dan setengah jadi, saya yakin tak sampai tiga tahun, semua problem (masalah) defisit bisa diselesaikan hanya dalam waktu tiga tahun,” ucap Jokowi yang saat itu didampingi pula Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Salah satu komoditas tambang yang menjadi sorotan adalah nikel. Menurut Jokowi, nikel mampu dijadikan campuran lithium baterai yang menjadi bahan baku pembentukan baterai kendaraan listrik. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang tengah gencar mengembangkan mobil listrik.

“Jadi ngapain kita impor elpiji, impor petrokimia yang besar, padahal nikel bisa dibangun, bisa hilang current account deficit itu. Saya jamin bisa hilang tidak akan lebih dari tiga tahun kalau tambah satu komoditas, belok ke situ sebagian, rampung kita,” tutur Jokowi.

Sebelumnya, Kementerian ESDM melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 sudah memberikan larangan untuk melakukan ekspor biji (ore) nikel terhitung mulai 1 Januari 2020. Pengambilan keputusan ini berdasarkan pertimbangan peningkatan nilai tambah (added value) dari komoditas tersebut.

Komoditas lain yang bisa dimaksimalkan dari hilirisasi adalah mengubah batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai pengganti gas bumi cair (Liquified Petroleum Gas/LPG). Lalu, LPG bisa diubah menjadi petrokimia, metanol, dan sebagainya.

Bergerak ke Ramah Lingkungan

Meski mengotimalkan nilai tambah dari sektor pertambangan, Presiden Jokowi mengingatkan kepada pengusaha tambang bahwa dunia semakin mengarah pada energi ramah lingkungan yang bakal secara perlahan menggantikan energi fosil yang ada selama ini. Maka, pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) sudah menjadi kepastian utama untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang.

“Perlu kita garis bawahi bersama bahwa dunia sudah menuju kepada energi yang ramah lingkungan,” tegas Jokowi.

Pentingnya energi ramah lingkungan disadari Presiden saat bertemu dengan beberapa pemimpin dunia, seperti Managing Director IMF Kristalina Georgieva dan Sekjen PBB Antonio Guterres. Kedua pemimpin tersebut agar meminimalisir pembangunan pembangkit tenaga listrik berbasis batubara.

“Hati-hati terhadap penggunaan batubara, saya lihat masih banyak kerusakan lingkungan akibat kerusakan lingkungan akibat penggunaan sumber daya alam yang begitu cepat. Saya minta kita jaga kerusakan lingkungan akibat eksplorasi yang begitu banyak di negara kita,” tutur Jokowi kepada para pengusaha tambang.

Jokowi pun mengungkapkan potensi sumber EBT yang cukup besar di Indonesia. “Saya tahu nanti akan kita arahkan penggunaan EBT baik hydropower baik angin, solar cell, atau geotermal,” papar Jokowi.

Dalam catatan Kementerian ESDM, potensi sumber daya EBT tediri dari panas bumi (11 GW), angin (60,6 GW), bioenergi (32,6 GW), air dan mikrohidro (94,3 GW), surya (207,8 GWp) dan laut (17,9 GW). Total, Indonesia memiliki 442 GW potensi EBT dan baru diutilisasi sebesar 2,1% atau 9 GW. (MB)

SendShareTweet
Next Post

Peserta Pengurusan Surat Kesehatan di RSCM Membludak

Rekomendasi

AKBAR HIMAWAN BUCHARI Pengusaha Muda Bangkit dari Kegagalan

4 tahun ago

Komsos TNI, Wujud Sinergi Lahirkan Pemuda Handal Ditengah Pandemi

4 tahun ago

Trending

  • Aktivis Tuding Politisi Yahdi Hasan Sumber Kehancuran Partai Aceh Wilayah Tengah Tenggara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua Komisi II DPRK Aceh Utara Sidak Pelayanan Puskesmas Simpang Keuramat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sikapi Keluhan Nelayan Terkait Penggunaan Alat Tangkap Ikan, Komisi II DPRK Aceh Utara Gelar Rapat Dinas Terkait

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Usai Gelar Demo, Ketum KGIF Dipecat oleh PT IMARA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Atap Rumah Dibawa Angin, Suami Istri Jadi Pengungsi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor.
SUBSCRIBE

Rubrik

Network

  • Acehlive
  • Geovice.net
  • Geovice.id

About Us

Informasi publik harus bebas dan independen. Kami menghadirkan informasi tersebut ke dalam genggaman Anda.

  • Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 merdekabicara.com - Proudly powered by Altekno Digital Multimedia.

No Result
View All Result
  • Home
  • Sosmas
  • Nasional
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Pendidikan
  • Lingkungan
  • Peristiwa
  • Dunia
  • Ekonomi
  • Islam

© 2024 merdekabicara.com - Proudly powered by Altekno Digital Multimedia.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In