MERDEKABICARA.COM | ACEH SELATAN – Selain memiliki sisi positif, era globalisasi juga menghadirkan tantangan besar bagi umat. Tantangan tersebut harus dijawab oleh Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), terutama dalam upaya membentengi umat dari pengaruh buruk globalisasi.
Hal tersebut disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Aceh Dyah Erti Idawati, dalam sambutannya pada acara Silaturrahmi dan Pembinaan PW BKMT Aceh dan PD BKMT Kabupaten Aceh Selatan, di Gedung Rumah Agam, Minggu (10/11/2019).
“Di era globalisasi saat ini, majelis taklim memiliki kedudukan yang sangat penting, terutama dalam upaya menangkal dampak negatif dari globalisasi itu sendiri. Majelis Taklim yang berada di tengah-tengah masyarakat harus difungsikan eksistensinya, sehingga masyarakat benar-benar merasa terbentengi dengan kehadiran BKMT di Aceh,” ujar Dyah Erti.
Dyah Erti menambahkan, saat ini masyarakat sedang gelisah dan khawatir dengan berbagai bentuk kenakalan remaja, mulai dari pornografi, seks bebas, penyalahgunaan narkoba hingga pendangkalan aqidah. Karenanya, BKMT harus mampu hadir sebagai jawaban dari keresahan masyarakat tersebut.
“BKMT harus mampu membentengi masyarakat dari pengaruh negatif yang selama ini membayangi generasi muda yang sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai hal negatif, seperti narkoba, pornografi, hoax, radikalisme, pendangkalan aqidah dan lain sebagainya,” sambung Dyah Erti. Ibu dari dua orang putra itu menegaskan, keberadaan BKMT sebagai lembaga pendidikan non-formal menjadi sangat penting. Untuk itu Dyah Erti mengajak seluruh unsur BKMT, terutama BKMT Aceh Selatan untuk terus melakukan penguatan organisasi, termasuk juga bagi keberadaan majelis taklim di Negeri Pala itu.
“Kita dapat memulainya dari pendataan yang lengkap, yang kemudian bisa diagendakan pertemuan secara berkala dengan melibatkan berbagai pihak terkait. Dengan demikian, BKMT semakin mampu mengokohkan posisinya sebagai pilar pembangunan umat dan mitra strategis pemerintah dalam upaya menyelesaikan berbagai persoalan ummat,” sambung Dyah Erti.
Dalam kesempatan tersebut, Dyah Erti juga berpesan, sebagai lembaga pendidikan non formal, Majelis Taklim mempunyai fungsi sebagai lembaga yang bertugas untuk membina dan mengembangkan agama Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang taqwa kepada Allah SWT.
Selain itu, sambung Dyah Erti, Majelis Taklim juga memiliki fungsi sebagai ajang silaturrahmi yang dapat menghidupkan dakwah dan ukhuwah Islamiah, sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama, umara’, dan umat, dan yang tidak kalah penting, Majelis Taklim dituntut untuk melahirkan gagasan modernisasi yang bermanfaat bagi pembangunan umat.
“Jika dicermati, ternyata eksistensi majelis taklim sebagai sarana dakwah dan tempat pengajaran ilmu-ilmu keislaman memiliki basis tradisi sejarah yang kuat, yaitu sejak Nabi Muhammad SAW mensyiarkan agama Islam di awal-awal risalah beliau,” ungkap Dyah Erti.
Dyah Erti juga mengingatkan, meski berperan sebagai sarana dakwah dan pembinaan sumber daya umat, namun Majelis Taklim masih memerlukan sejumlah pemikiran serta pembinaan serius dan komprehensif. “Pembinaan terhadap majelis taklim dimaksudkan untuk memaksimalkan peran dan fungsi demi sempurnanya pola-pola pelaksanaan dakwah yang dilakukan lembaga ini.
”Pada akhir sambutannya, Dyah Erti mengajak seluruh anggota BKMT untuk mengingat dan menghayati 10 pesan BKMT, sebagai bekal bagi seluruh anggota dalam menjalankan kerja-kerja dakwah dan syiar. “Kuatkan Iman dan Taqwa, jadilah Anggota Masyarakat Pembelajaran dan Gemar Membaca, tingkatkan kualitas ibadah, jaga keutuhan dan keharmonisan ibadah, perkuat Imtaq dan Iptek generasi penerus, hormati sesama/jaga persatuan dan kesatuan bangsa, sadar hukum, bangun ekonomi, sosial, budaya di lingkungan majelis dan masyarakat, perang terhadap pornoaksi, pornografi, narkoba, miras, korupsi, judi dan perdagangan anak juga perempuan, isi peran kehidupan, dan susun barisan kader.”
Sementara itu, Ustadz Husni dalam ceramahnya mengingatkan tentang pentingnya suami dan istri untuk selalu mengedepankan rasa saling mengerti dan saling memahami dalam kehidupan berumah tangga. “Dalam kehidupan sehari-hari, suami dan istri memiliki aktivitas yang berbeda. Tidak ada yang paling superior di antara keduanya.
Oleh karena itu sangat penting bagi suami istri untuk saling mengerti dan memahami satu sama yang lain. Qur’an dan Hadits telah menjelaskan kedudukan dan bagaimana cara bersikap dalam kehidupan berumah tangga,” ujar Ustadz Husni.
Ustadz Husni juga mengajak seluruh hadirin untuk menjadikan momentum peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam, sarana mengulangkaji tentang bagaimana cara Rasulullah menjalani kehidupan berumah tangga. “Bagaimana perilaku Rasulullah kepada istrinya. Bagaimana cara keseharian Rasulullah dalam kehidupan berumah tangga. Semua telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad,” imbuh Ustadz Husni. (HS)