MERDEKABICARA.COM | LHOKSEUMAWE – Abrasi sungai yang semakin parah di Desa Pante Gaki Balee, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, kini mengancam keselamatan empat kepala keluarga (KK). Jarak antara sungai dan rumah warga kini hanya tersisa sekitar 70 cm, memaksa pemerintah dan warga untuk segera mencari solusi agar bencana lebih besar dapat dihindari.
Hamdani, anggota DPRK Aceh Utara dari Fraksi Partai Aceh asal Langkahan, yang turun langsung ke lokasi, menyatakan kesiapannya membantu warga terdampak dengan menyediakan lahan pribadinya sebagai tempat tinggal sementara. “Keselamatan warga harus menjadi prioritas. Saya mempersilakan warga, termasuk Ramlah, seorang janda yang menghidupi anak-anak yatim dengan pendapatan pas-pasan, untuk membangun tempat tinggal sementara di atas tanah saya,” ujar Hamdani.
Babinsa Koramil Langkahan, Syamsyudin, yang turut hadir bersama Hamdani, menjelaskan bahwa laporan warga langsung ditindaklanjuti. “Begitu mendapat informasi terkait abrasi, kami langsung turun ke lokasi dan telah melaporkan kejadian ini kepada pimpinan. Kami siap melaksanakan apapun yang diperintahkan untuk membantu warga,” ujarnya.
Namun, Sofyan, Kepala Desa Pante Gaki Balee, menyatakan belum menerima laporan resmi dari warga terkait abrasi tersebut. “Saya baru tahu dari wartawan. tidak ada warga yang melapor ke saya. Nanti sore, saya akan mengecek langsung kondisi rumah yang terdampak,” katanya.
Pernyataan Sofyan menuai kritik dari warga, yang merasa pemerintah desa kurang sigap. “Pemerintah desa seharusnya hadir di saat masyarakat membutuhkan, bukan menyalahkan warga dengan alasan tidak ada laporan. Semua orang tahu abrasi di Dusun Pante Sejahtera ini semakin parah,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Sofyan juga menyalahkan aktivitas penyedotan pasir di sungai sebagai penyebab abrasi. “Kegiatan sedot pasir ilegal ini merusak ekosistem sungai. Kami akan menghentikannya sementara waktu dan berharap pemerintah segera memberikan solusi untuk masalah ini,” tegasnya.
Namun, pernyataan ini dibantah oleh Syafi’i, warga Dusun Pante Sejahtera yang rumahnya hampir roboh akibat abrasi. “Penyedotan pasir justru mengurangi abrasi. Kalau tidak ada aktivitas itu, mungkin sejak 2023 abrasi sudah menghancurkan rumah kami. Selain itu, sedot pasir adalah mata pencaharian kami. Pemerintah harusnya mencari solusi, bukan menyalahkan masyarakat miskin,” katanya.
Ramlah, melalui perwakilannya, Antikah, juga mengungkapkan kekhawatirannya. “Kami sangat khawatir. Rumah kami sudah hampir jatuh ke sungai. Kalau tidak ada bantuan, kami tidak tahu harus pindah ke mana,” ungkap Antikah.
Abrasi ini mendesak perhatian serius dari pemerintah daerah. Evakuasi warga terdampak dan upaya penanganan jangka panjang sangat dibutuhkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan melindungi keselamatan masyarakat. {}