MERDEKABICARA.COM | LHOKSEUMAWE – Pemerintah Kota Lhokseumawe melalui Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Pangan mengembangkan inovasi budidaya udang vaname dengan mengunakan kolam terpal yang tidak memerlukan lahan luas yang bertempat di desa Uteun Bayi. Inovasi tersebut sedang di lakukan uji coba dengan potensi menggantikan popularitas budidaya ikan lele dalam tong atau ember yang tengah marak di permukiman masyarakat di kota-kota.
Program yang di lakukan oleh Pemko Lhokseumawe ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup ekonomi masyarakat dan membuka jalan terciptanya lapangan kerja baru.
Kepala Dinas KPP Kota Lhokseumawe, Muhammad Rizal, M.Si kepada media di ruang kerjanya, Senin (10/01/22) mengatakan, program budidaya udang vaname sistem bioflok merupakan program perdana yang dilakukan oleh di Pemerintah Kota Lhokseumawe.
“Program budidaya udang vaname merupakan program perdana dari Pemko Lhokseumawe untuk meningkat ekonomi masyarakat”, ujarnya.
Pengembangan budidaya udang Vaname di kota Lhokseumawe saat ini, menurut Rizal, murni dari hasil pemikiran Wakil Walikota Lhokseumawe.
“Program ini awalnya muncul dari ide Wakil Wali Kota Lhokseumawe. Beliau meminta kita untuk melaksanakan program bioflog ini. Untuk di ketahui, budidaya dengan metode bioflog sangat rentan dan harus dilakukan secara intensif dan penuh kehati – hatian” terang Rizal.
Ditambahkannya, untuk saat ini pihaknya masih mencoba dengan memasukan benih setengah dari kapasitas kolam terpalyang berdiameter 10 meter.
“Semoga hasil uji perdana pengembangan budidaya udang vaname ini mendapat hasil yang terbaik sehingga kedepan dapat kita lakukan lagi demi meningkatkan perekonomian masyarakat kota Lhokseumawe, pungkas Kepala Dinas KPP Kota Lhokseumawe, Muhammad Rizal, M.Si.
Pantauan media di desa Uteun Bayi terdapat 13 kolam terpal dengan metode bioflog pada pembudidaya udang vaname yang terbagi dalam dua lokasi, di mana dalam satu kelompoknya terdiri dari 10 orang.
Bioflok adalah salah satu teknologi budidaya ikan, yakni suatu teknik budidaya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaat mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.
Prinsip dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang terdiri dari kabon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen menjadi massa sludge berbentuk bioflok. Perubahan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan bakteri pembentuk gumpalan sebagai bioflok. Karena dinilai mampu menggenjot produktivitas panen yang lebih tinggi. Selain itu, metode bioflok juga menekan penggunaan lahan menjadi tidak terlalu luas dan hemat air. {Rif}