MERDEKABICARA.COM | ACEH UTARA – PT Kirana Saiyo Perkasa selaku Perusahaan pemenang tender pembongkaran scrap aset PT AAF, mengaku telah menjawab surat pengajuan kerjasama dengan elemen sipil warga lingkungan PT PIM. Akan tetapi, Warga menyebut permohonan kerjasama pihaknya dengan perusahaan tersebut hingga saat kini belum ada ada jawaban.
PT Kirana melalui project manager, Anwar Ali melalui sambungan telpon pada Selasa, 26 Januari 2021 mengatakan, pihaknya membenarkan telah menerima surat penawaran kerja oleh warga lingkungan. Anwar menyebut, ada dua item pekerjaan yang diajukan.
“Yang saya tahu mereka mendaftarkan perusahaan jadi rekanan kepada kami (Kirana-red) ada dua poin yang diminta. Poin pertama pekerjaan bongkar muat, satu poin lagi pekerjaan pengangkutan. Kalau bongkar muat, PT Kirana tidak ada pekerjaan itu, tapi pekerjaan pengangkutan dengan truk ke Medan, itu ada. Saya bilang boleh kirimkan perwakilan kepada kami,” kata Anwar melalui sambungan telepon.
Anwar menyebut, pihaknya tidak memiliki item pekerjaan bongkar muat dalam pembongkaran scrap eks PT AAF, karena sudah inklud dengan biaya pemotongan barang bekas oleh pemborong. Untuk mengangkut scrap, PT Kirana sudah bekerjasama dengan perusahaan jasa sewa kontainer, PT SPILL, sehingga pekerjaan bongkar muat sudah dikerjakan oleh kedua pihak, terangnya.
Walau tidak menyebut nama rekanan atau pemborong, namun Anwar memastikan telah menawarkan juga item pekerjaan kepada warga lingkungan.
“Jadi apa yang dituntut oleh warga lingkungan, kan sudah kami jawab, seharusnya perwakilan pihak yang mengajukan kerjasama, mendatangi kami, ujarnya.
Hal ini dikatakan Anwar ketika ditanyai terkait informasi sejumlah pemuda Blang Naleung Mameh yang mendatangi area pelabuhan demi mengecek aktivitas pengiriman barang oleh PT Kirana.
Anwar mengungkapkan bahwa pengangkutan scrap dilakukan via jalur darat menggunakan truk. Sementara untuk jenis bahan tembaga, stainless dan sejenis, dikirim melalui jalur laut.
Selain itu, Anwar menyampaikan saat ini pihaknya sedang membongkar pabrik di lokasi berbahan kimia. Pihaknya akan mendatangkan tim ahli untuk menangani bahan limbah beracun tersebut, sebelum dilakukan perubuhan.
“Ini yang membuat kami sedikit terlambat, karena harus mengikuti seluruh tahapan dari PT PIM,” ujar Anwar ketika ditanyai progres pekerjaan.
Menanggapi pernyataan Anwar Ali selaku Project Manager PT Kirana, Ikatan keluarga Besar (IKBA) eks AAF mengatakan, pihaknya belum mendapat surat balasan dari PT Kirana. Dikarenakan bahwa pihaknya mengajukan secara resmi, yakni tertulis ke pihak PT Kirana.
“Itu bohong. Kami tidak menerima surat balasan, karena kami menyurati secara resmi sejak dua minggu lalu. Jikapun disebut pernah menjawab melalui perwakilan perusahaan yang kami tunjuk, tapi kan kami tidak mendapat pegangan apapun. Lagian saya dengar ketemunya di warung kopi” kata Murdani.
Dirinya juga menanggapi pernyataan Anwar yang dianggap seolah tidak mengenal jenis pekerjaan ini. Murdani mengatakan, pekerjaan bongkar muat merupakan kegiatan yang jenis pekerjaannya juga diatur dalam regulasi usaha provit. Di jenis pekerjaan ini, dikerjakan oleh perseroan atau dikenal dengan nama Perusahaan Bongkar Muat.
“Sehingga item pekerjaan ini pasti ada dalam sebuah proyek, apalagi sebesar pembongkaran pabrik pupuk yang barangnya dikirim melalui pelabuhan. Itu saja yang kami minta. Jangan kami ini hanya menerima efek negatif dari limbah pabrik,” kata Murdani.
Ia kembali mengingatkan bahwa keberadaan investasi dan seluruh kegiatan pendukungnya jangan lagi menjadi momok menakutkan bagi kehidupan warga di lingkungan provit, seperti selama ini. Ia berpendapat seluruh elemen harus dilibatkan, agar resiko sebanding dengan kompensasi yang didapat warga lingkungan sebuah pabrik.
“Apalagi yang kerja di dalam itu sekarang kan orang kita disini. Sudah rahasia umum juga di kawasan Krukuh ini siapa-siapa saja yang menikmati hasil” kata Murdani yang memimpin organisasi warga yang pernah digusur ketika tanah kelahiran dijadikan pabrik pupuk PT Aceh Asean Fertilizer. {}