MERDEKABICARA.COM | LHOKSEUMAWE – Laju pertumbuhan ekonomi Aceh sampai dengan triwulan III-2019 tercatat sebesar 3,76% (yoy). Pertumbuhan tersebut di dorong oleh peningkatan kinerja konsumsi pemerintah dan investasi karena adanya peningkatan realisasi APBD seiring dengan mulai berjalannya proyek pemerintah serta pencairan tunjangan Meugang. Namun pertumbuhan Aceh tersebut lebih rendah dari pertumbuhan Sumatera (4,49% yoy) dan Nasional (5,02% yoy).
“Dengan pertumbuhan tersebut, menempatkan pertumbuhan ekonomi Aceh terendah ketiga se-Sumatera,” ujar Kepala Kantor Perwakilan wilayah (KPw) Bank Indonesia Lhokseumawe, Yufrizal pada acara kegiatan temu responden, survei dan liaison di gedung BI Lhokseumawe, Selasa (3/12).
Kendati demikian, kata dia, pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV-2019 diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan III-2019 sejalan dengan peningkatan realisasi belanja pemerintah, lembaga dan dunia usaha sesuai dengan pola tahunannya.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 mengalami perlambatan. Perang dagang meluas, antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok dan sejumlah negara lain. Akhir-akhir ini kebijakan negara di dunia mengarah ke anti-globalisasi yaitu mendahulukan kepentingan ekonomi dalam negeri (inward looking policy).
Pada saat yang sama, digitalisasi ekonomi dan keuangan semakin semarak, dengan segala manfaat dan risikonya. Digitalisasi ini masuk ke berbagai segmen ekonomi, dan semakin dikuasai oleh sekelompok perusahaan besar dunia. Bank Indonesia, tambanya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan turun dari 3,6% pada tahun 2018 menjadi hanya 3,0% pada tahun 2019 dan 3,1% pada tahun 2020.
Perlambatan ekonomi global tersebut menekan volume perdagangan dan harga komoditas dunia menjadi semakin rendah. Hal tersebut tercermin dari Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHKEI) November 2019 mengalami penurunan sebesar (-)4,0% dibandingkan Desember 2018.
“Kita patut bersyukur, di tengah ekonomi global yang memburuk tersebut, kinerja dan prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik. Stabilitas ekonomi nasional terjaga, momentum pertumbuhan berlanjut. Selama 3 triwulan pada tahun 2019, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,07%, 5,05% dan 5,02% secara tahunan,” jelas Yufrizal.
“Fenomena menurunnya globalisasi dan meningkatnya digitalisasi seperti ini kemungkinan akan berlanjut pada tahun 2020 dan tahun-tahun berikutnya. Karena itu, kita baik kalangan masyarakat, dunia usaha, pemerintah, instansi, akademisi dan lembaga di Indonesia perlu mempersiapkan diri, ujar Yufrizal dalam siaran persnya yang di terima Media ini, Rabu (4/12).
“Bersinergi antar instansi dan lembaga daerah untuk mendorong ekonomi masyarakat. Mengembangkan sumber pertumbuhan ekonomi baru dengan fokus pada industri manufaktur dan pengembangan pariwisata, inovasi dalam ekonomi dan keuangan digital yang didorong untuk memperkuat daya saing dan kepentingan nasional serta mempersempit kesenjangan masyarakat,” ungkap Yufrizal. (Rif)