MERDEKABICARA.COM | JAKARTA – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, situasi global sedang bergejolak. Namun, Indonesia belum mampu meraih manfaat dari situasi itu, utamanya untuk investasi. Ini penyebabnya!
“Negara kita belum menjadi surga bagi investasi, sehingga larinya ke Vietnam,”ujar Bahlil di depan sebanyak 123 peserta rapat koordinasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi seluruh Indonesia di Hotel Sangri-La, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Bahlil mengatakan, kondisi global yang sedang bergejolak tak selamanya merugikan. Namun justru membawa untung bagi Indonesia. Pasalnya, destinasi-destinasi investasi dunia sedang bergolak saat ini di berbagai belahan dunia. “Amerika Latin ada gejolak Evo Morales, di Eropa ada ketidakpastian, ada masalah Brexit.
Di Asia ada masalah Hongkong, di China ada perang dagang dengan Amerika. Ekspor akhirnya bermasalah. Tetapi ini kabar baik bagi investasi. Banyak yang lari dari negara-negaraitu,”ujar Bahlil.
Sayangnya, ujar Bahlil, banyak investor yang lari ke Vietnam. “Ada apa dengan kita?” ujar Bahlil. Padahal, sebanyak 44 persen pasar ASEAN ada di Indonesia dari total 600 juta penduduk ASEAN. Bahlil mengatakan, hal ini disebabkan kemudahan memulai bisnis di Indonesia masih sangat berat. “Kemudahan berbisnis kita masih kalah dari Vietnam. Ini KPI (Key Performance Indicator) pertama kita ke depan,”ucap Bahlil.
Bahlil menambahkan, saat ini sebanyak 24 perusahaan siap berinvestasi sebesar Rp 708 triliun ke Indonesia. Perusahaan tersebut siap masuk ke berbagai sektor usaha. Namun, investasi tersebut hanya berakhir pada level komitmen. Sebab, hambatan berinvestasi di Indonesia terlalu besar.
“Dengan rumitnya regulasi sektoral, berbelit-belit, membuat banyak investor ini balik badan kembali ke negaranya masing-masing. Dia bertahun-tahun susah dapat selembar surat. Jangankan pengusaha luar, investor dalam negeri pun bisa lari,” ucap Bahlil.
Masalah Domestik
Sebab itu, Bahlil mengatakan, BKPM akan fokus membenahi persoalan domestik. “Promosi tetap jalan. Tapi strateginya kita ubah. Bayangkan kalau yang investasi Rp 708 triliun itu sukses. Ini mereka akan jadi promotor kita di luar negeri. Mereka tidak lagi merasa ditipu-tipu. Tetapi kita selesaikanyang antre masuk juga banyak. Ini saja belum bisa kita tangani. Kita akan benahi soal kewenangan perizinan sektoral, perpajakan, dan pengadaan lahan. Kita juga akan selesaikan masalah koordinasi di daerah,” ucap Bahlil. (MB)