MERDEKABICARA.COM | BANDA ACEH – Aceh kembali mendapat undangan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI untuk promosi peluang investasi daerah. Kali ini BKPM memilih Aceh bersama Provinsi Kalimantan Timur untuk mempromosikan peluang investasi daerahnya ke Negeri Sakura, Jepang. Kegiatan diselenggarakan di dua Kota yaitu Tokyo dan Toyama selama enam hari sejak 28 Oktober hingga 2 November 2019.
Acara ini bertajuk “Exploring Investment Oppprtunities of Western Indonesia Region and Indonesia’s New Capital Destination”. Delegasi Aceh dipimpin Sekretaris Daerah Aceh, dr. Taqwallah, M.Kes bersama anggota tim yaitu kadis Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Aceh (DPMPTSP) Dr. Aulia Sofyan, Kadis Kelautan dan Perikanan Aceh Dr. Ilyas, MP, Kasi Deregulasi Penanaman Modal DPMPTSP Aceh Zulkifli Hamid, serta Penasihat Khusus Gubernur Aceh Bidang Administrasi Publik, Tomy Mulia Hasan.
Sementara delegasi Kalimantan Timur dipimpin oleh Sekda Kalimantan Timur dan diikuti oleh 10 anggota lainnya. “Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang kini sudah 60 tahun, tetapi kenapa belum ada investor asal Jepang di Aceh? Ini menjadi tantangan bagi kita bahwa mestinya sudah ada beberapa perusahaan Jepang di Aceh untuk investasi sesuai keunggulan potensi daerah kita,” ujar dr. Taqwallah di sela kagiatan tersebut.
Jepang dalam empat tahun ke depan disebut akan memperluas investasi ke Indonesia senilai Rp 28 Triliun. Posisi hingga Triwulan III-2019 ini sendiri menempatkan Jepang sebagai investor terbesar ketiga di Indonesia setelah Singapura, dan Tiongkok.
Sementara itu, Kadis Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Aceh (DPMPTSP), Dr. Aulia Sofyan mengatakan realisasi investasi di Aceh kondisi triwulan III-2019 sebagaimana disiarkan oleh BKPM telah menempatkan Aceh sebagai peringkat ke 14 terbesar untuk Penanaman Modal Asing (PMA). Posisi ini merupakan peringkat terbaik PMA di Aceh dalam lima tahun terakhir yang menunjukkan bahwa kepercayaan investor luar terhadap Aceh terus meningkat.
“Aceh dianggap memiliki konsistensi kebijakan dan usaha-usaha perbaikan yang signifikan dalam memperbaiki iklim berusaha,” ujar Dr. Aulia Sofyan, yang juga alumnus University of Queensland, Australia.
Dr. Aulia Sofyan menjelaskan, selama di Jepang, promosi peluang investasi Aceh dilakukan melalui sejumlah kegiatan, yaitu Indonesia Business Forum, one on one meeting di Tokyo, Toyama Fair Investment Exhibition, pertemuan dengan Toyama CCI and Manager of TONIO (Toyama New Industry Organization) SME Support Center, pertemuan dengan Toyama Prefectural Federation on Societeis of Commerce and Industry, pertemuan dengan Vice Governor of Toyama, dan Overseas Investment Environment Seminar di Toyama Techno Hall, serta network session.
“Kegiatan selama di Jepang telah menjadi cikal bakal kerjasama Aceh dan Jepang ke depannya, khususnya dengan pemerintah Toyama dan telah menarik beberapa calon investor dari Jepang yang akan mempelajari lebih lanjut untuk berinvestasi di Aceh,” ujar Dr. Aulia Sofyan.
Adapun hasil kunjungan kerja ke Jepang, antara lain sebagai berikut:
1. Jepang memerlukan ikan tuna Aceh sekitar 500 kg per hari. Saat ini ada perusahaan Jepang yang mempunyai 30 cabang di beberapa kota di Jepang yang menjual ikan tuna segar di mini market, mereka sangat berharap ekspor ikan tuna dari Aceh.
2. Jepang memerlukan Edamame (kacang kedelai yang dipanen saat masih muda dan hijau) dengan kebutuhan sekitar 250 ton per bulan.
3. Jepang siap untuk membangun Rumah Sakit di Aceh dengan peralatan teknologi terkini, seperti alat cuci darah yang canggih dan berbagai peralatan modern lainnya.
4. Jepang membutuhkan bahan baku kayu dengan jenis pohon yang sesuai untuk kebutuhan pembuatan peralatan furniture seperti pintu rumah, hotel dan sebagainya. Saat ini ada perusahaan Jepang yang beroperasi di Surabaya tetapi mengambil bahan baku dari Newzealand.
5. Jepang menerima perawat-perawat asal Aceh untuk bekerja di panti-panti Jompo di Jepang, dengan penguasaan bahasa Jepang yang mumpuni dan teknis perawatan, para perawat akan dipekerjakan dengan gaji yang sangat menggiurkan.
6. Pemerintah Toyama akan mengadakan training kecakapan kerja, dan beasiswa pascasarjana kepada pelajar asal Aceh, setelah dilatih dan dibiayai beasiswa oleh pemerintah Toyama akan langsung dipekerjakan pada perusahaan-perusahaan di Jepang.
Dr. Aulia Sofyan juga menambahkan, hal terpenting yang harus diutamakan dalam kerja sama investasi dengan Jepang adalah persoalan “trust” atau kepercayaan. Masyarakat Jepang disebut sangat menepati janji dan berperilaku jujur. Untuk itu, Dr. Aulia Sofyan berpesan agar kelak jika perusahaan-perusahaan di Aceh bekerjasama dengan perusahaan asal Jepang, perilaku baik yang merupakan nilai-nilai universal tersebut hendaknya harus sangat diperhatikan. (Rls).