MERDEKABICARA.COM |JAKARTA – Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Anhar Riza Antariksawan mengatakan, varietas kedelai lebih sulit bersaing dibandingkan varietas padi hasil teknologi Batan. Sejauh ini, Batan sudah menghasilkan sebanyak 45 varietas padi, kedelai maupun kacang hijau.
“Sudah kami sebar ke masyarakat, tapi kami merasa belum cukup puas,” ujar Anhar saat peluncuran varietas kedelai lahan kering Kemuning 1 dan 2 di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan, untuk varietas padi lebih mudah diterima masyarakat, berbeda dengan kedelai yang bersaing dengan kedelai impor. Ditambah lagi, harga kedelai impor lebih murah dibandingkan hasil tanaman sendiri.
“Padahal kualitas kedelai kami bagus. Ini yang masih menjadi ganjalan,” kata dia.
Ke depan, Batan akan mengembangkan teknologi pascapanen dengan menggunakan iradiator gamma agar hasil panen lebih steril dari mikroba, sehingga hasil panen tidak terbuang percuma. Di sejumlah negara seperti Vietnam memiliki delapan iradiator gamma dan bisa mengekspor buah-buahan ke Australia.
Anhar mengatakan, Indonesia baru memiliki dua iradiator gamma. Ke depan, Anhar berharap bisa memiliki lebih banyak iradiator gamma sehingga Indonesia bisa mengekspor hasil taninya.
Varietas Kemuning yang baru diluncurkan Batan tahan di lahan kering dan diharapkan dapat menjadi bagian solusi untuk meningkatkan produksi kedelai lokal dan mengurangi ketergantungan kedelai impor. Nama Kemuning berasal dari singkatan “Kedelai Mutan Tahan Kering” sebagai varietas kedelai hasil dari perbaikan varietas Panderman dengan memanfaatkan teknik mutasi radiasi.
Selain tahan terhadap lahan kering, varietas Kemuning mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya produktivitas tinggi, yakni 2,87 ton untuk tiap hektare untuk Kemuning 1 dan 2,92 ton per hektare untuk Kemuning 2. Tinggi tanaman lebih pendek dari induknya sehingga tidak mudah rebah, mempunyai kandungan protein yang tinggi, ukuran bijinya yang besar, dan rasanya gurih.
Kedelai Kemuning 1 dan Kemuning 2 dapat beradaptasi dengan baik di lahan kering di Indonesia. Selain itu, dengan ukuran biji yang lebih besar kedelai ini diharapkan dapat bersaing dengan kedelai impor. Kedelai Kemuning 1 dan Kemuning 2 juga disebut dapat menghasilkan tempe yang lebih gurih dibandingkan dengan kedelai impor.
Sumber : Republika.co.id