MERDEKABICARA.COM | JAKARTA – Perum Buloh sedang memperhitungkan dampak bencana banjir di sejumlah daerah di Indonesia terhadap angka produksi beras. Kepala Bulog Budi Waseso menyebutkan, pihaknya akan melihat apakah banjir yang terjadi menyebabkan gagal panen dalam jumlah besar.
“Ya pasti namanya alam kan termasuk perubahan alam karena banjir. Nanti kita perhitungkan kemungkinan gagal kayak apa. itu yang menentukan kalau sampai gagal panen ada kemungkinan kita impor. Namun kalau tidak ya kita ngga perlu impor,” kata Kepala Perum Bulog yang akrab disapa Buwas ini, Kamis (24/1).
Sebelumnya Bulog menargetkan untuk tidak melakukan impor beras sepanjang semester I 2019 ini. Buwas menyebutkan, cara untuk menjaga ketersediaan beras adalah dengan melakukan penyerapan tinggi.
Ia menargetkan adanya serapan hingga 1,8 juta ton beras hingga Juli 2019. Namun kondisi ini bisa berubah bila bencana alam yang terjadi berbuntut pada gagal panen dalam jumlah besar.
Awal pekan ini, bencana banjir, longsor hingga angin puting beliung menerpa hampir seluruh wilayah di Sulawesi Selatan. Pencarian korban terus dilakukan hingga Kamis (24/1). Tim gabungan menemukan 30 orang meninggal dunia dan sejumlah orang lagi masih hilang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, hingga hari kedua pencarian ditemukan sebanyak 30 orang meninggal dunia dan 25 orang masih hilang.
Sutopo memaparkan, berdasarkan pendataan dampak bencana yang dilakukan oleh Pusdalops BPBD Sulawesi Selatan, tercatat 47 orang luka-luka, 5.825 orang terdampak, dan 3.321 orang mengungsi. Kemudian 76 unit rumah rusak dan hanyut, 2.694 unit rumah terendam, 11.433 hektare sawah terendam banjir, sembilan jembatan rusak, dua pasar rusak, enam unit fasilitas peribadatan rusak dan 13 unit sekolah rusak.
Adapun sebaran dampak bencana banjir, longsor dan puting beliung di wilayah Sulawesi Selatan ini meliputi 78 desa di 52 kecamatan yang tersebar di 10 kabupaten. Yakni Jeneponto, Maros, Gowa, Kota Makassar, Soppeng, Wajo, Barru, Pangkep, Sidrap dan Bantaeng.
Sumber : Republika.co.id