MERDEKABICARA.COM | ACEH UTARA – Sekretaris Daerah Aceh, Taqwallah, mengatakan stunting merupakan ancaman bagi masa depan bangsa. Sebab, sumber daya manusia yang berkualitas akan sangat sulit dibangun bila banyak anak mengalami stunting saat ini. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh tenaga kesehatan untuk bergerak melakukan upaya pencegahan stunting.
“Stunting dapat menyebabkan anak mudah sakit dan dapat mengganggu kognitifnya,” kata Taqwallah saat memberikan pembekalan dalam rapat kerja lanjutan percepatan gerakan Bersih, Rapi, Estetis dan Hijau (BEREH), Stunting, dan JKA, di aula Gedung Akademi Kesehatan Aceh Utara, Kamis, 17/10.
Pembekalan tersebut diikuti oleh pejabat struktural SKPK Aceh Utara, aparatur RSUD Cut Mutia, Kepala Puskesmas, bidan desa, camat dan keuchik seluruh Aceh Utara. Sekda meminta, agar seluruh tenaga kesehatan di Aceh Utara, baik dokter, tenaga puskesmas maupun bidan desa agar mendatangi ibu hamil, minimal empat kali selama mengandung. Pemeriksaan kondisi kehamilan sangat penting, sebab anak stunting kemungkinan besarnya ditentukan sejak dalam kandungan.
“Oleh karena itu, tenaga kesehatan harus memastikan kalau ibu hamil dalam keadaan sehat dan mau mengkonsumsi asupan bergizi,” kata Taqwallah.
Selain itu, tenaga kesehatan juga harus mengindentifikasi kandungan, apakah akan berpotensi terjadinya kematian ibu saat melahirkan ataupun tidak. “Secara ilmu kesehatan, ada beberapa hal yang berpotensi terjadinya kematian ibu.
Di antaranya, apabila umur ibu di bawah 15 tahun dan di atas 35 tahun saat hamil pertama, kemudian jarak kehamilan kurang dari 2 tahun atau lebih 5 tahun,” kata Taqwallah. Selanjutnya, kata Taqwallah, kaki ibu hamil bengkak pada usia kehamilan 7 bulan. Apabila terdapat ciri-ciri tersebut, sekda meminta agar tenaga kesehatan segera melakukan upaya, seperti pemberian tablet tambah darah dan vitamin.
Ketika bayi lahir, lanjut Sekda, tenaga kesehatan harus memastikan bayi mendapatkan ASI pada kesempatan pertama dan berlanjut sampai usia 6 bulan. Setelah itu, bidan desa harus memastikan bayi mendapatkan asupan yang bergizi selama usia 2 tahun.
“Semua pihak, Camat, Keuchik dan juga tenaga kesehatan harus terus memantau kematian ibu, bayi, gizi buruk, stunting dan penyakit menular,” ujar Sekda.
Di samping itu, seluruh tenaga kesehatan, camat, dan geusyik juga diimbau untuk menerapkan gerakan BEREH pada fasilitas publik di lingkungan kerja dan tempat tinggalnya masing-masing. Sebab, fasilitas publik tersebut dibangun menggunakan anggaran masyarakat, karenanya semua pihak memiliki amanah untuk merawatnya.
“Ayo bersihkan dan rawat meunasah di kampung masing-masing, jangan sampai penampilan meunasah lebih tua dari tahun pembangunannya,” kata Sekda.
Senada dengan Taqwallah, Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Hanif, juga mengajak seluruh tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya stunting dan menerapkan gerakan BEREH.
Menurutnya, peran ASN menyukseskan kedua gerakan tersebut sangatlah penting dalam mewujudkan Aceh hebat. “Kedatangan kami ke sini adalah untuk menindak lanjuti perintah Plt Gubernur untuk menerapkan gerakan BEREH. Gerakan BEREH ini merupakan salah satu usaha membenah fasilitas publik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk masyarakat,” ujar dia. (..)