MERDEKABICARA.COM | JAKARTA – Melihat kondisi perkembangan perekonomian yang sedang terjadi saat ini, Pemerintah telah membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2021 yang berkisar antara 4,5% hingga 5,3%. Namun, proyeksi tersebut juga tergantung pada kinerja ekonomi di kuartal ketiga tahun 2020 ini dimana pada bulan Agustus-Oktober akan diperoleh data-data yang terkini mengenai apakah pemulihan ekonomi betul-betul berjalan terus dan memang akan meningkat.
“Sikap kita adalah prepare for the worst tapi hope for the best (persiapkan yang terburuk tapi harapkan yang terbaik). Kita harus mengikhtiarkan untuk mencari dan mencapai skenario-skenario yang lebih optimis namun tetap realistis berdasarkan kondisi yang kita hadapi di bidang kesehatan maupun di bidang ekonomi,” jelas Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan persnya yang diterima, Sabtu (25/7/2020).
Ia mencontohkan, anggaran untuk belanja perlindungan sosial yang Rp203 triliun sudah ditambah untuk Program Keluarga Harapan (PKH), sembako, bansos untuk Jabodetabek dan non Jabodetabek sebesar 10 juta penerima, ditambah menjadi 20 juta penerima. Untuk sembako ditambah 9 juta berarti 29 juta penerima plus ditambahkan lagi listrik dibebaskan untuk 450 VA dan untuk 900 VA diberikan diskon 50%.
“Tadinya ini hanya berlaku 3 bulan, kita perpanjang jadi 6 bulan. Bansos ini yang tadinya diberikan hanya 6 bulan kita sekarang perpanjang sampai Desember, 9 bulan. Ini semuanya adalah yang disebut prepare for the worst dan itu ada di dalam anggaran yang sudah kita sediakan dalam Perpres 72,” tukas Menkeu.
Beberapa sektor perekonomian di kuartal kedua mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan namun kepastian tersebut masih harus dilihat dari statistik bulan Juni yang sekarang sedang difinalisasi.
Sektor seperti konsumsi listrik yang meningkat cukup positif memberikan rasa optimistis. Untuk sektor makanan dan penerimaan perpajakan juga sudah mulai menunjukkan pembalikan ke arah positif dimana sebelumnya kontraksi di atas 10%. Sektor perdagangan eceran yang tadinya juga negatif bahkan double digits mendekati atau di atas 30%, di bulan Juni sudah mulai membalik atau meski negatif tapi negatifnya sudah single digit. Hal ini berarti terjadi pembalikan walaupun masih terdapat beberapa sektor yang lemah seperti penjualan otomotif memang sudah terjadi pembalikan tapi masih sangat lemah dibandingkan statistik tahun lalu.
“Kita akan lihat semua indikator ini untuk melakukan asesmen resikonya. Kalau kita lihat indeks kekayaan konsumen kita pada bulan Juni sudah membalik positif, indeks keyakinan konsumen kita sudah mulai membalik, indeks ekspektasi kondisi ekonomi juga sudah mulai membalik. Ini memberikan harapan bahwa masyarakat juga melihat bahwa ada harapan,” ungkap Menkeu.
Oleh karena itu, pemerintah mengakselerasi agar harapan yang mulai terbangun dapat terwujud melalui program-program pemulihan ekonomi dan akan diluncurkan lebih banyak lagi bantuan sosial produktif. Pada sektor korporasi yang padat karya untuk bisa segera pulih kembali melalui kredit modal kerja yang dijamin pemerintah. Semuanya memiliki tujuan agar harapan masyarakat dan dengan adanya sedikit relaksasi dari kegiatan ekonomi yang bisa dilakukan walaupun tetap dengan protokol kesehatan bisa kemudian menciptakan momentum pemulihan perekonomian. {}