MERDEKABICARA.COM | BANDA ACEH -Pers Tani (PETA) Indonesia saat ini sedang mencari jurnalis terbaik untuk mengawal isu-isu pertanian dan perkebunan di wilayah Provinsi Aceh dalam rangka membantu pemerintah mewujudkan kemandirian ekonomi sektor pertanian.
“PETA Indonesia merupakan organisasi poros yang melibatkan jurnalis profesional untuk menyoroti isu-isu yang berkaitan dengan pertanian dan perkebunan. Tujuannya adalah untuk kesejahteraan bangsa dan negara,” kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) PETA Indonesia, Fazar Muhardi, melalui siaran pers yang diterima media ini, 17 Maret 2022.
Dijelaskannya, DPP PETA baru saja terbentuk dan untuk sementara berkedudukan di Pekanbaru, Riau.
Untuk tahap awal ditargetkan 10 provinsi di Sumatera sudah bergabung dengan PETA.
“Saat ini PETA masih dalam tahapan pematangan pembentukan pengurus. Pelantikan Pengurus DPP ditargetkan secepatnya, agar program kerja bisa segera dijalankan,” jelas Fazar.
*PETA Aceh*
Khusus di Aceh, Ketua Umum DPP PETA berkordinasi langsung dengan Ketua PWI Aceh, Nasir Nurdin untuk rekrutmen pengurus dan anggota PETA yang ingin bergabung.
“Kita minta bantuan Ketua PWI Aceh Bang Nasir Nurdin untuk rekrutmen anggota, kan beliau yang lebih tahu,” ujar Fazar.
Fazar memastikan banyak manfaat bagi jurnalis yang bergabung di PETA, di antaranya akan ada insentif untuk setiap produksi berita bidang pertanian, bantuan langsung bidang pertanian, dan manfaat lainnya untuk kesejahteraan jurnalis PETA.
“Kami berharap, PETA Aceh segera terbentuk untuk melengkapi tugas dan fungsi organisasi hingga ke depan mampu menjalankan misi memantau segala aktivitas sektor pertanian, distribusi bantuan pemerintah, dan mendukung pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Tentunya semua itu dilakukan sesuai dengan fungsi dan kapasitas kita sebagai jurnalis,” tulis Fazar dalam siaran pers-nya.
Untuk setiap provinsi termasuk Aceh bisa bergabung 10 jurnalis dari media lokal dan nasional, dan dari semua platform media seperti online, cetak, dan televisi.
*Tak Ada Regenerasi*
Seperti diketahui, saat ini sektor pertanian Tanah Air dalam kondisi yang tidak baik, minimnya atau bahkan tidak adanya minat generasi muda untuk melanjutkan profesi petani menjadi ancaman besar bagi masa depan bangsa dan negara.
Data terbaru, dari 128 juta angkatan kerja se-Indonesia, ada sebanyak 38,23 juta orang atau sekitar 29 persen dari jumlah penduduk Tanah Air bekerja pada sektor pertanian.
“Namun seluruh angkatan kerja atau petani tersebut adalah kalangan umur di atas 40 tahun. Artinya, hampir tidak ada regenerasi petani di Indonesia,” katanya.
Kondisi demikian, menurut Fazar sangat mengancam kadaulatan negara dalam mempertahankan kebudayaan dasar agraris yang memang menjadi inti dari kehidupan bangsa Indonesia selama ini.
“Bayangkan saja, jika hari ini nol generasi petani, maka kondisi tersebut akan membawa bangsa ini pada masa depan yang sangat buruk. Seluruh lahan pertanian akan dikuasai oleh para kapitalis hingga menempatkan pribumi pada level kehidupan terendah, menjadi budak di rumah sendiri,” kata dia.
Berangkat dari kesadaran itu, lanjut Fazar, maka penting bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, khususnya kalangan pers untuk melakukan gerakan nyata mempertahankan kebudayaan agraris demi kedaulatan bangsa.
“Organisasi ini nantinya akan mengambil peranan penting dalam mengawal petani dan industri pertanian kita agar terus berkelanjutan hingga generasi selanjutnya,” kata dia.
Seluruh pengurus PETA di tingkat provinsi, lanjut Fazar, nantinya diwajibkan membangun kemitraan dengan kelompok-kelompok tani, organisasi-organisasi pertanian, serta pemerintah di kabupaten/kota.
“Tujuannya untuk mengawal program-program sektor pertanian dan perkebunan agar dipastikan berjalan dengan baik, benar, dan tepat,” demikian Ketum DPP PETA Indonesia. {}
Sumber: Ketua Umum DPP Pers Tani (PETA) Indonesia, Fazar Muhardi