MERDEKABICARA.COM | ACEH UTARA – Pemerintah Kabupaten Aceh Utara menggunakan barak penampungan terpadu atau Integrated Community Shelter (ICS) di Desa Blang Adoe, Kuta Makmur sebagai tempat isolasi warga yang terjangkit virus Corona (Covid-19). Barak Tersebut sebelumnnya digunakan untuk menampung pengungsi Rohingya yang sempat terdampar ke Indonesia.
Untuk rencana penempatan penderita Covid-19, pemda Aceh Utara terpaksa melakukan revonasi, sehingga ruang tersebut layak untuk digunakan.
Berdasarkan berita yang dirilis oleh sejumlah media, jumlah biaya untuk merenovasi barak tersebut mencapai sekitar 815, plus biaya perencanaan sebesar 15 juta Rupiah. “Bukan delapan ratus juta, tapi sekitar sembilan ratus rupiah”, kata Risawan Bentara, Asisten II Pemda Aceh Utara, Kamis petang ( 11 juli 2020).
Ditemui di ruang kerjanya, Risawan Bentara mengatakan, pada awalnya pemerintah Aceh Utara menyediakan uang untuk renovasi sekitar 800 juta rupiah, namun harus menganggarkan biaya tambahan sekitar 100 rupiah lagi untuk biaya pembuatan pagar. “ Biaya tambahan sebesar seratus juta rupiah untuk anggaran membuat pagar dan rehab tambahan lainya. Pagar perlu dibangun untuk memisahkan pasien wanita dengan pasien pria, “jelas Risawan
Menurut Risawan, biaya sebesar lebih dari 850 juta rupiah telah dibayar kepada pihak ketiga yang mengerjakan renovasi, “Kita masih terutang pada pekerjaan tahap kedua, sekitar 100 juta rupiah,”kata Risawan Bentara.
Sebagian kalangan menilai, biaya renovasi yang hampir mencapai satu milyar rupiah terlalu mahal. Persoalan “biaya tinggi” ini sempat disinggung oleh kelompok penggeliat anti korupsi. “Apa ukurannya sehingga dikatakan terlalu mahal ? “, tukas Risawan Bentara, yang juga menjabat sebagai Sekretaris II Tim GTTP Covid-19 kabupaten Aceh Utara
“Siapa yang berhak menentukan harga suatu bangunan ?. Yang berhak menetukan mahal atau tidak adalah tim auditor,” jelas Risawan atas pertanyaannya sendiri.
“Auditor akan memeriksa semua pengeluaran dan semuanya harus dipertanggungawabkan nantinya. Jikapun ada biaya yang diangggap tidak wajar oleh tim auditor, maka kelebihan biaya itu harus dikembalikan ”, imbuh Risawan.
Menurut Risawan, renovasi dilakukan ditengah tengah suasana kepanikan akibat menjalarnya virus Covid-19, sehingga segalanya harus dilakukan dengan cepat. “Pada awalnya, yaitu pada bulan Maret semua kita panik. Tidak ada yang dapat memperkirakan jumlah orang yang akan menjadi korban. Dengan jumlah penduduk Aceh Utara yang demikian besar, siapa yang mampu memperkirakan jumlah korban ? “ tanya Risawan Bentara.
Menurutnya, jumlah ruang ( kamar ) yang direnovasi adalah untuk kapasitas 62 orang “Waktu itu, kita tidak tahu berapa orang akan menjadi korban”, sebutnya.
Berdasarkan data yang ada, jumlah pasien yang diisolasi di kamp Blang Adoe adalah sebanyak sebelas orang. Mereka berasal dari beberapa kecamatan, seperti Syamtalira Bayu, Cot Girek dan kecamatan Kutamakmur. Semua pasien isolasi berjenis kelamin pria.
Para pasien yang diisolasi adalah mereka yang baru pulang dari luar daerah dan luar negeri.
Penulis : tim
editor : redaksi