MERDEKABICARA.COM | ACEH UTARA – Untuk sebagian orang jengkol adalah makanan yang paling menakutkan. Sengatan aromanya yang begitu kuat menjadi alasan makanan khas indonesia itu tidak digemari. Namun buat para pecandunya, jengkol adalah jenis panganan yang kenikmatannya sulit tergantikan.
Namun ditangan geuchik KM VIII, Kecamatan Simpang Keuramat, jengkol tidak saja dimanfaatkan sebagai lauk yang disajikan bersama nasi namun dapat dijadikan kerupuk dan insektisida.
Nama akrabnya Nyak Din, Geuchik KM VIII, memiliki home industri untuk mengolah buah jengkol menjadi cemilian berupa kerupuk jengkol.
Usaha home Industrinya itu pun kini mulai di kenal di publik, pasalnya produk Geuchik yang memiliki background aktivis kemanusiaan era konflik aceh ini berkesempatan tampil di pameran UMKM si-Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe yang diselenggarakan Kodim di lapangan sudirman agustus lalu.
Limbah kulit Jengkol disulap menjadi Insektisida
Lain pula halnya dengan inovasi para mahasiswa Unimal yang sedang melaksanakan KKN di Gampong yang mayoritas di tempati oleh petani itu. Berawal dari kunjungan kerumah Geuchik mereka melihat banyak limbah kulit jengkol yang terbuang, secara spontanitas salah seorang dari mereka berkata “kulit jengkol ini bisa di jadikan Insektisida lo Pak”
Lewat tangan kreatif para intelektual kampus itu, kulit jengkol olahan makanan ringan produksi Geuchik tersebut kembali tidak terbuang. Setelah sesaat berdiskusi dengan dukungan penuh dari kepala pemerintahan Gampong, merekapun sepakat untuk memanfaatkan limbah yang semula dibakar bersama sampah tersebut menjadi insektisida pengusir hama tanaman sebagai Inovasi mereka dalam memanfaatkan potensi Gampong.
Adalah Dwiki Prandano Arbi mahasiswa Unimal fakultas Pertanian jurusan Agro Technology asal Sumatra Utara yang bertindak sebagai komando dalam setiap tahapan proses pengolahan insektisida nabati tersebut, menurutnya selain insektisida, kulit buah yang bernama latin Archidendron Pauciflorum ini juga berfungsi sebagai Herbisida nabati yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia.
Proses pembuatan racun hama yang telah ditampilkan dalam Bazar Bura Inovasi Desa di halaman kantor camat simpang keuramat ini juga terbilang gampang, setelah kulit jengkol dihaluskan dengan cara di giling hanya perlu permentasi selama 10 – 15 hari “Langkah ini dilakukan untuk mengaktifkan zat organik yang terkandung dalam kulit” tutur Dwiki kepada para pengunjung stand Gampong Kilometer VIII yang berlangsung pada tanggal 3 – 4 September 2019 lalu.
Dwiki menambahkan, kulit jengkol memiliki kandungan 4 senyawa yang baik bagi pertumbuhan tanaman, yakni zat tanin yang berfungsi sebagai anti serangga, asam fenolat untuk mengatasi gulma, asam steroit dan asam jengkolat ampuh untuk membasmi hama dan penyakit.
“Sebenarnya di Indonesia untuk beberapa daerah penghasil jengkol Insektisida ini sudah dilakukan uci coba dan hasilnya sangat mengesankan. Tanaman lebih subur, resisten terhadap hama meningkat dan hasil produksi bertambah. Jadi ini bukan penemuan pertama akan tetapi merupakan sebuah pengembangan inovasi berdasarkan pemenfaatan potensi yang ada di Gampong” Pungkas Dwiki.
Sementara Geuchik Kilometer VIII Mahyeddin Abubakar sangat mengapresiasi atas temuan atau Inovasi terssebut “Mereka sangat kreatif dan inovatif dalam melihat potensi yang ada, dengan kekompakan dan kerja sama yang baik anak-anak telah menghasilkan sebuah produk inovasi sebagai cendra mata mereka dibawah koordinir Said M. Yusren ihsan Fikri sebagai ketua Kelompok 08 KKN PPM Unimal Angkatan XXVI kepada masyarakat kami” Pungkas Pak Geuchik.
Redaksi