MERDEKABICARA.COM | JAKARTA – Indonesia memiliki potensi ikan hias air tawar yang belum tertandingi di dunia dengan sekitar 1.300 spesies yang dimilikinya. Meskipun begitu, saat ini baru terdapat 90 spesies atau 7% dari keseluruhan potensi ikan hias air tawar yang sudah dibudidayakan. Mahalnya transportasi pengiriman ikan hias, kendala regulasi, berkurangnya ketersediaan ikan hias di alam, dan terbatasnya ketersediaan induk unggul menjadi sejumlah isu utama yang dihadapi oleh para pelaku usaha saat ini.
Untuk itu, Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyelenggarakan pameran ikan hias terbesar di dunia, “Nusantara Aquatic (Nusatic) 2019”, di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang, yang terbuka untuk umum selama 29 November 2019 – 1 Desember 2019. Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo membuka langsung pameran ini pada Jumat (29/11).
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar; Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Nilanto Perbowo; Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebijakto; Asisten Deputi Sumber Daya Alam dan Jasa Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Suparman; Ketua Penyelenggara Nusatic, Sugiarto; Ketua Yayasan Trubus, Bambang; Direktur Sinarmas; dan Duta Besar sejumlah negara mitra seperti Tunisia, Mozambik, Yaman, Korea Utara, dan Suriname.
Menteri Edhy menyebut, penyelenggaran Nusatic 2019 sebagai pameran ikan hias terbesar di dunia menjadi salah satu trigger untuk mendorong promosi ikan Indonesia di pasar domestik maupun pasar ekspor. “Saya pikir ini penting ya untuk membangkitkan industri perikanan budidaya, khususnya ikan hias,” ucapnya.
Menurutnya, ikan hias merupakan komoditi perikanan yang tepat untuk dibudidayakan. Selain mudah, budidaya ikan hias tidak memerlukan wilayah yang begitu luas. Biaya yang diperlukan pun tak begitu besar. Tak kalah penting, pasar ikan hias masih terbuka lebar untuk permintaan domestik maupun ekspor.
“Budidaya ikan hias bisa menambah nilai ekonomi secara lebih cepat. Dari segi hitungan, kalau budidaya ikan hias ini laku di pasaran hasilnya akan lebih besar,” tuturnya.
Guna mendorong hal ini, Menteri Edhy menyatakan bahwa KKP akan merangkul seluruh stakeholder budidaya ikan hias. Ia memastikan, komunikasi dua arah dengan stakeholder akan terus dibangun ke depannya. Selain itu, Pemerintah juga akan menyederhakan regulasi-regulasi terkait yang menjadi kendala selama ini.
“Kami harapkan komunikasi ini tidak berhenti sampai seremonial ini saja. Harus terus berlanjut sampai di lapangan. Kita cari solusi untuk masalahnya, termasuk regulasinya, soal aturan-aturannya, dan juga fasilitas yang dibutuhkan,” jelasnya.
Ia pun berjanji akan melakukan terobosan-terobosan untuk mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang selama ini dihadapi oleh para pelaku usaha yaitu mahalnya biaya angkut dan kendala regulasi.
“Tadi ada saya sebutkan yang salah satu paling mahal bagi mereka adalah ongkos mengangkut barangnya. Tidak hanya itu, izin-izin pemindahan juga masih ada keluhan. Misalnya, ada yang melaporkan kalau pindah barang dari Sumatera ke sini mahal dan waktunya lama. Ini akan segera kita terobos,” tegas Menteri Edhy.
Selain itu, ia menyebut bahwa KKP akan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk bersama-sama mencari jalan keluarnya. “Kami, pemerintah akan hadir untuk segera melakukan terobosan-terobosan dalam mengurangi hambatan-hambatan yang mengurangi ekonomi biaya tinggi,” tambahnya.
Asisten Deputi Sumber Daya Hayati Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Suparman mengatakan bahwa pada tahun 2020, Pemerintah menargetkan ekspor perikanan senilai USD6,1 miliar. Ikan hias diharapkan dapat menyumbang sekitar 6-10% dari total nilai ekspor tersebut.
“Kalau perdagangan ikan hias tahun 2018 itu kurang lebih USD314 juta. Jadi kita berharap Indonesia bisa menyumbang kontribusi lebih besar lagi dari potensi yang ada. Teman-teman bayangkan, di pameran ini kita bawa sekitar 15 spesies ikan hias saja kita sudah jadi pameran terbesar di dunia. Padahal, kita punya 1.235 spesies. Kalau kita bawa tak sampai 10%-nya saja ke sini, kita bukan lagi jadi yang terbesar tapi super-super besar,” ucapnya.
Sebagai informasi, pada tahun 2018, Indonesia mengekspor 257.862.207 ekor ikan hias. Jepang, Singapura, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Inggris menjadi negara tujuan ekspor utama. Adapun komoditas utama ikan hias air tawar yang diekspor terdiri dari ikan botia, arwana, discus, cupang, dan tiger fish. Sedangkan untuk ikan hias air laut terdiri dari udang hias, angel fish, bintang laut, dan invertebrata hias.
Adapun Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar menyatakan akan mendukung upaya Pemerintah untuk mengembangkan industri ikan hias. Bukan tanpa sebab, ia menilai bahwa industri ikan hias dapat mengembangkan potensi industri rumahan sehingga meningkatkan pelaku UMKM.
“Kami bahkan sudah melakukan pembinaan di Lapas Jambe untuk jadi pusat pembibitan ikan koi. Kita juga mengembangkan agrobisnis di wilayah ini,” pungkasnya. (MB)