MERDEKABICARA.COM – Harga minyak sawit terus naik karena jumlah produksi kecil dan konsumsi akan berkembang karena permintaan untuk biodiesel dan permintaan dari Cina sehingga persediaan makin kecil.
Harga minyak sawit kembali naik di Bursa Malaysia Derivatives RM81 (3.04%) menjadi RM2,748 perkg.
Di tahun 2020 produksi CPO masih akan berkurang karena kekeringan dan pengurangan pupuk seperti yang terjadi pada 2019 akan terjadi di Malaysia dan Indonesia.
MPOB mengatakan bahwa produksi minyak sawit Malaysia tahun depan tidak akan lebih dari 20 juta ton di tahun 2019 dan 2020 dibanding produksi di 2018 sebesar 19.5 juta ton.
Indonesia dan Malaysia melihat kenaikan produksi yang kecil tahun depan , membuat persediaan defisit dan harga akan meningkat. Industri minyak sawit akan berkembang di 2020 karena berbagai usaha dari pemerintah dan pemilik usaha.
Dengan kecilnya produksi minyak sawit maka diperkirakan harga akan menembus RM 3,000 pada tahun depan.
Kenaikan harga minyak sawit sampai tertinggi dua tahun disebabkan oleh:
Permintaan Bio Diesel
Harga CPO meningkat pada saat ini karena momentum yang baik ketika pemerintah dari the Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), negara-negara produsen minyak sawit, memerintahkan untuk penggunaan biodiesel sehingga penggunaan minyak sawit meningkat.
Pemerintah Indonesia adalah negara yang menggerakkan penggunaan biodiesel, sehingga permintaan biodiesel meningkat di negara-negara sekitar.
Dengan penggunaan B30 ( 9.59 juta kl biodiesel ) yang dipakai untuk tahun 2020 permintaan biodiesel naik 8.5 juta ton tahun depan.
Produksi biodiesel di Thailand naik sejak 2017, karena adanya insentif dari pemerintah dan juga system pajak. Penerapan dari penggunaan biodiesel di Thailand lebih dulu dari Malaysia.
Anggota CPOPC terdiri dari Malaysia, Indonesia dan Colombia, sementara tiga negara ini adalah produsen minyak sawit, dan berikutnya negara-negara yang akan bergabung tahun depan adalah Nigeria, Papua New Guinea dan Honduras.
Produksi minyak sawit menurun
Persediaan minyak sawit di Malaysia diperkirakan akan turun 1.6 juta ton dalam enam bulan ke depan dari 2.35 juta ton di bulan Oktober karena pengurangan pupuk, kekeringan, kebakaran dan melemahnya produksi di daerah baru tahun ini.
Turunnya produksi diikuti dengan peningkatan permintaan biodiesel di Negara Asia Tenggara, menjadi penyumpang kenaikan harga CPO menjadi USD750 (USD1 = RM4.168) perton di kuartal ke dua 2020.
Sekarang harga CPO RM2,500 dan RM2,600 perton, harga yang terbaik bagi para pemain di industri ini.
Persediaan minyak sawit Malaysia diperkirakan turun 1.6 juta ton selama 6 bulan ke depan dari 2.35 juta ton pada bulan Oktober tahun ini karena pengurangan dari penggunaan pupuk, kekeringan, asap dan melemahnya produksi di area baru tahun ini.
Melemahnya perkembangan produksi berbarengan dengan meningkatnya biodiesel di Negara-negara Asia Tenggara meningkatkan harga
Perkembangan dari produksi minyak sawit yang melemah beberapa tahun ke depan mengurangi persediaan dan meningkatkan harga.
Cuaca kering dan berkurangnya penggunaan dari pupuk membuat penghematan biaya, akan berpengaruh terhadap produksi pada tahun ini bagi produsen besar seperti Indonesia dan Malaysia dan akan merupakan faktor yang akan berlanjut pada tahun yang akan datang.
Yang menjadi masalah adalah tekanan dari NGO melarang penanaman sawit. Ini akan membuat berkurangnya penanaman sawit yang baru yang terjadi pada saat harga masih rendah.
Pencinta lingkungan menyalahkan penggunaan minyak sawit untuk pembuatan ice cream sampai lipstik karena perkebunan sawit membuka hutan-hutan Asia Tenggara dan membahayakan kelangsungan hidup dari binatang liar seperti orang hutan dan gajah.
Produksi Indonesia tahun ini diperkirakan akan berubah sedikit dari output tahun yang akan datang sedangkan Malaysia akan berkembang,
Produksi Indonesia dan Malaysia akan berkembang sedikit pada tahun yang akan datang dan mengakibatkan persediaan menjadi defisit di pasar karena permintaan akan biodiesel berkembang di kedua negara.
MPOB mengatakan bahwa produksi minyak sawit Malaysia tahun depan tidak akan lebih dari 20 juta ton di tahun 2019 dan 2020 dibanding produksi di 2018 sebesar 19.5 juta ton.
Indonesia dan Malaysia melihat kenaikan produksi yang kecil tahun depan , membuat persediaan defisit dan harga akan meningkat.
Analisa tehnikal support pertama di $2,560 dan berikut ke $2,510 sedangkan resistant pertama di $2,750 dan berikut ke $2,780.
Sumber : vibiznews.com