Categories: Sosmas

Sektor Pertanian Ubah Tradisi Impor Jadi Ekspor

MERDEKABICARA.COM | JAKARTA – Kondisi pangan Indonesia saat ini tidak dapat dikategorikan sepenuhnya mengandalkan impor. Beberapa produksi pangan nasional bahkan mampu surplus.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roslani, Jumat (23/8).

Rosan beranggapan, saat ini ancaman impor sudah mulai dikurangi jika melihat pada hasil kerja sektor pertanian. Rosan menilai, tampak tren sektor pertanian mulai mampu memiliki nilai tambah.

Misalnya, Rosan menyebutkan, ekspor pangan Indonesia selama empat tahun terakhir mengalami lonjakan dahsyat  seperti terakhir tahun 2018, volume ekspor produk pangan menembus angka 42 juta ton.

“Beras nasional juga tahun 2018 terbukti surplus kan sampai 2 juta ton lebih. Nah bila memang surplus kan tidak perlu impor. Mengartikan juga Indonesia tak selamanya impor,” ungkap Rosan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2013 jumlah volume ekspor produk pertanian Indonesia adalah 33,5 juta ton. Kemudian pada tahun 2016 mengalami dua kali kenaikan mencapai 36,1 juta ton dan 40,4 juta ton.

Begitu juga tahun 2017, ekspor produk pertanian bertambah lagi jumlahnya yakni 41,3 juta ton. Di tahun 2018, ekspor produk pertanian mampu mengukuhkan jumlah sebesar 42,5 juta ton.

Selama peridoe 2014-2018, jumlah seluruh nilai ekspor produk pertanian Indonesia berhasil mencapai Rp1.957,5 trilliun dengan akumulasi tambahan Rp 352,58 triliun.

BPS juga mencatat bahwa nilai Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pertanian sejak 2014-2018 mengalami peningkatan. Dari data BPS, tahun 2017 dan 2018, PDB sektor pertanian menyumbang 3,7 persen sehingga mampu melampaui target nasional yaitu 3,5 persen.

Melejitnya PDB sektor pertanian tersebut, menurut BPS disebabkan salah satunya capaian ekspor komoditas yang baik sehingga berpengaruh ke perekonomian negara.

Meskipun harus diakui, masih ada juga kebutuhan pangan nasional yang bergantung impor. Namun menurut Rosan, kebijakan tersebut harus dipahami tujuan penyebabnya.

“Jika memang stok pangan dalam negeri kurang, ketimbang menimbulkan gejolak di masyarakat, harga tinggi, membuat ekonomi tidak stabil, maka impor pangan tetap diperlukan,” ujar Rosan.

Kendati, kata Rosan, impor pangan juga jangan sampai jumlahnya berlebihan, sebab harus ditambahkan juga dengan stok produksi pangan lokal yang ada.

“Juga tidak dilaksanakan di saat musim panen raya petani. Karena bakal merugikan petani, menggerus pendapatan hasil mereka,” ucap Rosan.

 

Sumber : Republika.co.id

Recent Posts

Tiga Siswa Asal Lhokseumawe ke Ajang Dunia, Wakili Indonesia di AFS Global STEM Innovators 2025

MERDEKABICARA.COM | LHOKSEUMAWE - Dunia pendidikan Kota Lhokseumawe kembali mencatat prestasi membanggakan di kancah nasional dan…

9 jam ago

Kapolres Pidie dan Forkopimda Hadiri Upacara HUT TNI ke-80

MERDEKABICARA.COM | PIDIE - Kapolres Pidie AKBP Jaka Mulyana, SIK, MIK,. bersama unsur Forkopimda Kabupaten Pidie…

1 hari ago

PT Pupuk Iskandar Muda Tegaskan Komitmen Pemberdayaan Masyarakat dan Ketahanan Pangan Nasional

MERDEKABICARA.COM | ACEH UTARA -PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) menegaskan komitmennya untuk terus menjaga hubungan harmonis…

2 hari ago

Polres Pidie Gelar FGD dan Deklarasi

MERDEKABICARA.COM | PIDIE - Polres Pidie menggelar Focus Group Discussion (FGD) membahas penanggulangan Penambangan Emas Tanpa…

3 hari ago

PNL dan BRIN Jalin Kerja Sama Riset Wickless Heat Pipe untuk Sistem Pendingin Pasif Nuklir dan Non Nuklir

MERDEKABICARA.COM | TANGERANG SELATAN -  Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL) menjalin kolaborasi strategis dengan Pusat Riset…

3 hari ago

Parlemen Daerah Bergerak, DPRK Aceh Utara Telusuri Kasus Kebun Sawit di Hutan Lindung

MerdekaBicara.com – Aceh Utara | Dugaan perambahan kawasan Hutan Lindung Lauser oleh sebuah perusahaan industri…

4 hari ago